(Eps.2) Klik Like dan Ketik Amin jika Kamu Ingin Dapat Beasiswa

Proses seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) LPDP dari masa ke masa tentu akan semakin ketat dan komperhensif. Seiring dengan semakin besarnya minat pemuda Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tinggi dengan beasiswa, LPDP tentu semakin selektif dalam menentukan siapa yang layak menjadi penerima beasiswa. Konsekuensinya, hal yang pertama kali perlu dipersiapkan ketika akan mendaftar beasiswa LPDP adalah mental yang kuat.

Mental yang kuat bahkan sudah dibutuhkan saat proses seleksi administrasi; saat kita belum bertemu siapapun ‘calon lawan’ kita atau para penilai saat wawancara. Justru ketika menghadapi proses seleksi administrasi ini, tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengusahakan kelolosan ke tahap berikutnya. Banyak dari persyaratan administratif yang hanya bisa kita ‘serahkan’ kepada LPDP untuk dinilai dan ditentukan apakah kita lolos ke tahap seleksi berikutnya.

Sebelum mendaftar seleksi administrasi

Seperti yang sudah saya jelaskan di episode pertama tulisan ini, saya punya dua pilihan sebelum mendaftar seleksi administrasi LPDP. Pilihan itu adalah berusaha mencari letter of acceptance (LoA) dulu atau tidak. Saya memilih untuk mencari LoA dulu supaya ada kemantapan hati yang lebih kalau saya beruntung sampai di tahap wawancara. Alasan yang sederhana.

Dengan LoA di tangan, saya kemudian harus mempersiapkan beberapa dokumen lain yang akan dinilai:

  1. Ijazah dan transkrip nilai selama S1
  2. Dua lembar surat dan form rekomendasi dari tokoh masyarakat
  3. Formulir pendaftaran yang sudah diisi dengan lengkap
  4. Sertifikat Bahasa Inggris, dalam hal ini IELTS
  5. Sertifikat-sertifikat lain yang berkaitan dengan pencapaian selama menempuh pendidikan, terutama yang dicantumkan di dalam formulir pendaftaran
  6. Surat SKCK dari kepolisian dan surat keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah.
  7. Essay yang ditulis sendiri

Tentu saja tidak ada jaminan bahwa dokumen yang Anda butuhkan untuk mendaftar seleksi administrasi saat Anda membaca tulisan ini sama dengan yang saya butuhkan waktu itu. Anda perlu berusaha sendiri mencari tahu dokumen yang dibutuhkan pada setiap proses yang berlaku sekarang as of 2017. There I send you to the designated page. Thank me later. 🙂 Yang jelas, ada beberapa komponen berkaitan dengan kualitas diri kita yang ingin diketahui LPDP: pencapaian pendidikan, pencapaian/prestasi non-akademis baik saat kuliah maupun dalam kehidupan bermasyarakat, kemampuan berbahasa asing, serta kemampuan kita merancang masa depan dan mengaitkannya dengan cita-cita bangsa.

Yang terakhir mungkin terdengar naif. Tetapi sebagai kandidat, yang dapat dinilai dari Anda adalah track record; dan yang dapat Anda tawarkan kepada LPDP adalah janji dan rencana. Rekam jejak Anda baik dari sisi akademik maupun non-akademik dapat dengan mudah dinilai lewat berbagai capaian selama menempuh pendidikan atau bekerja. Penilaian ini tentu juga diperkuat dengan surat rekomendasi yang dibuat oleh tokoh masyarakat atau atasan Anda yang merupakan figur paling tepat dalam memberikan penilaian tentang pribadi, cara kerja, dan potensi yang Anda miliki. Beberapa standar capaian pendidikan, seperti IPK minimum, memang terkadang menyesakkan. Tapi sudahlah, berhenti mengutuk keadaan. Memang IPK bukan segala-galanya, tapi hampir segala-galanya meletakkan IPK sebagai cutoff awal dari ribuan orang pelamar. Tidak ada jalan keluar lain selain mencoba.

Kemampuan berencana memang penting. Gagal dalam merencanakan berarti merencanakan untuk gagal. Akan tetapi, kemampuan mengartikulasikan rencana dan impian secara lisan maupun tulisan tak kalah penting. Hakikat pelamar adalah penjual janji dan penjaja rencana. Tidak peduli seberapa sukses Anda di masa lampau, yang Anda jual kepada LPDP tetaplah masa depan yang terbungkus dalam janji dan rencana. Tidak perlu berkeluh ‘toh yang berjanji muluk-muluk belum tentu dilakukan’. Cukup buktikan janji dan rencana kontribusi Anda cukup besar, realistis, dan diungkapkan rasionalisasi pelaksanaannya dengan jelas melalui tulisan.

Dari berbagai dokumen yang saya sebutkan di atas, yang masih dapat kita pengaruhi kualitasnya tentu adalah essay. Nilai IPK, IELTS, surat rekomendasi, dan surat-surat lainnya sudah tak bisa diubah. Maka tidak perlu berkonsentrasi pada transkrip nilai atau nilai IELTS yang sudah tertulis di selembar kertas. Dipelototi berapa jam pun tidak akan bertambah nilainya. Tidak juga ada manfaatnya memikirkan berapa persen komponen IPK atau IELTS kita akan dinilai dibandingkan dengan total nilai seleksi administrasi. Kita tidak punya kuasa mengubahnya. Fokus saja pada dokumen yang masih bisa kita produksi dengan baik dan hati-hati: essay.

Lagi-lagi, soal membuat essay yang baik saya tidak punya daya memberi tips jitu. Ada kawan yang membutuhkan waktu berhari-hari menulis essay dan mengumpulkan berbagai fakta dari bermacam sumber tapi tidak lolos. Ada pula kawan yang menghabiskan waktu beberapa jam saja mengkonstruksi essay yang membawanya menerima beasiswa LPDP. Tidak ada satu panduan lengkap yang pasti akan membuat Anda mahir menulis essay yang jitu mengetuk pintu hati LPDP. Akan tetapi, ini tidak berarti sama sekali tidak ada contoh yang dapat dipelajari. Kalau ada ribuan awardee yang essay-nya diterima, berarti ada ribuan contoh essay di luar sana. Saya pun akan dengan senang hati memberikan contoh yang saya miliki apabila Anda menghubungi saya lewat sini. Anda hanya perlu mencari. You’ll find them and you will kill read them!

Tapi okelah, supaya tidak percuma amat membaca tulisan ini, beberapa poin berikut selalu saya sarankan kepada kawan yang bertanya bagaimana saya menulis essay:

  1. Jujur, karena pertanyaan pada saat wawancara dapat mengacu essay yang Anda tulis. Tukang bohong pada saatnya akan ketahuan.
  2. Selektiflah dalam memilih kualitas diri atau pengalaman yang paling dibanggakan untuk ditulis dalam essay. Hindari menuliskan terlalu banyak pengalaman karena para penilai tidak punya waktu membaca semua cerita Anda. Pengalaman-pengalaman yang kurang patut ‘disombongkan’ sebaiknya tidak perlu ditulis karena justru akan menjadi noise. Ingat, Anda harus ‘pamer’ di sini karena penilai tidak akan tahu bahwa Anda keren kalau Anda tidak ‘pamer’.
  3. Jelaskan mengapa pengalaman/pencapaian ini bermakna penting bagi hidup/karir Anda dan tunjukkan kaitannya dengan konteks kebutuhan Indonesia/masyarakat di sekitar kita. Saya mengutamakan menulis pengalaman/pencapaian di saat saya mengambil peran yang besar dan memberi dampak besar meskipun ruang lingkup aplikasinya kecil atau sedang.
  4. Hindari menulis paragraf yang terlalu panjang. Tulislah lima sampai dengan enam kalimat pada setiap paragrafnya.

Keempat saran di atas sebaiknya jangan terlalu dipercaya dalam-dalam kalau tidak ingin kecewa. Pada akhirnya, Andalah yang menulis essay. Ini akan jadi masterpiece Anda yang sepenuhnya adalah buah pikir Anda. Saya sendiri pun tidak begitu peduli terhadap kiat-kiat sukses menulis essay ketika saya akan menuliskan essay pribadi saya. Kadang-kadang sok tahu dan terlalu percaya diri itu penting untuk survive daripada mati kebingungan tanpa memutuskan apa-apa.

Saat proses seleksi administrasi

Proses ini di luar kendali kita. Tidak perlu berusaha menyuap siapapun termasuk Tuhan untuk meloloskan kita ke tahap wawancara dan LGD. Kita hanya perlu berdoa karena sudah berusaha.

Jadi, selamat berencana dan beretorika! Sampai jumpa di episode terakhir tulisan ini!

Terima kasih!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s