
Foto Filemon Yoga Adhisatya berjudul ‘Lelaki Jawa Kukuh Menggenggam Budaya’ untuk kompetisi foto batik PPI-UK 2015
Anda mungkin pernah menyesal ketika gagal mencapai sesuatu; kalah dalam perlombaan, putus dalam percintaan, atau yang banyak dari kita alami: gagal masuk ke sekolah/kampus favorit. Rasanya, pintu menuju kesuksesan atau kebahagiaan tertutup begitu saja ketika ‘kegagalan’ itu terjadi. Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa sebuah pintu menuju jalan yang lebih baik telah disiapkan supaya kebahagiaan dan kesuksesan lebih besar bisa kita rasakan? Step back and think about it.
Saya, seperti juga beberapa dari Anda, mungkin pernah merasa rendah diri tidak mengenyam pendidikan di institusi yang menurut orang ‘favorit’. Kalau Anda pernah juga merasa demikian, biarkan saya berbagi kisah sederhana tentang mengalahkan rasa rendah diri itu dan bangkit sebagai pemenang bagi diri saya sendiri.
Saya tidak terhitung di antara mahasiswa yang lulus dengan IPK tertinggi atau masa studi tersingkat. Anda boleh merasa senasib-sepenanggungan dengan saya. Saya lulus dalam 9 semester dikurangi satu semester masa magang. Yang membedakan saya dari mahasiswa lain mungkin adalah keberanian mencoba hal-hal baru. Saya jelajahi organisasi mahasiswa, saya cari tambahan pengalaman dan uang saku dengan menjadi student staff dan asisten dosen, sesekali saya ikuti lomba untuk memperkaya pengetahuan dan memperkuat kepribadian-dua hal yang penting didapatkan saat kuliah. Jadi, kalau Anda merasa pernah juga melakukan apa yang pernah saya lakukan di kampus, Anda harus bermimpi lebih tinggi dari saya!
Dinyatakan lulus akhir Januari 2015, keinginan untuk sekolah lagi baru muncul saat hari wisuda saya akhir Februari 2015. Setelah berkonsultasi dengan Pak Jin Ai, saya berani mengarahkan anak panah ke University of Manchester (UoM), UK. Dengan bekal beberapa pengalaman semasa kuliah dan capaian akademik yang lumayan, saya mendekatkan diri ke Eropa dengan naik kereta ekonomi untuk tes IELTS di Surabaya dan numpang tidur di kost teman (Nico, TI 2010) selama 3 hari. Dasar mujur, satu dari tiga kuota kursi terakhir untuk tes di hari itu masih bisa saya dapatkan setelah menelepon lebih dari 6 tempat tes di seluruh Indonesia. Mujur juga karena masih mendapatkan tiket kereta ekonomi Rp50.000,00 dari Yogyakarta ke Surabaya.
Sambil menunggu hasil tes IELTS datang dari Surabaya, dengan kereta ekonomi lagi saya pergi ke Jakarta untuk memohon surat rekomendasi mendaftar ke UoM dan ikut seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP. Saya tukar karak dan keripik tempe oleh-oleh asli Klaten dengan surat rekomendasi dari Prof.F.G.Winarno, lalu pulang kembali ke Yogyakarta. Puji Tuhan, hasil tes IETLS saya cukup untuk mendaftar ke jurusan MSc Business Analytics: Operational Research and Risk Analysis di UoM.
Diliputi nuansa gambling, saya mendaftar ke UoM berbekal surat rekomendasi dari Prof.F.G.Winarno dan Bapak The Jin Ai, Dr.Eng. yang kala itu masih menjabat Wakil Dekan I FTI UAJY, hasil IELTS, transkrip nilai, dan ijazah. Bersaing dengan ribuan applicants lainnya dari seluruh dunia, saya menunggu email dari UoM dengan rasa cemas. Di hari ketiga dari 8 minggu proses seleksi yang dijanjikan, secara ajaib saya dapatkan email dari UoM bahwa saya diterima! Tuhan masih memperpanjang nafas saya dalam permainan ini dan saya naik level ke perburuan beasiswa.
Singkat cerita, setelah lolos tahap seleksi administrasi, saya jalani tahap wawancara dan Focus Group Discussion di Gedung Keuangan DIY. Mungkin hanya saya dan Tegar, seorang teman dari FE UAJY, lulusan UAJY yang ikut tahapan seleksi wawancara ini; dibandingkan ratusan mahasiswa lain dari universitas negeri di Yogyakarta. Nyali sedikit ciut, tapi percaya bahwa saya datang dari salah satu kampus terbaik di negeri ini. Hasil seleksi akhirnya keluar, dan saya resmi menjadi penerima beasiswa LPDP untuk sekolah di UoM, UK!
11 September 2015, saya menemukan diri saya tertidur di dalam pesawat menuju Manchester International Airport. Waktu berjalan begitu cepat. Di sini, saya selalu bangga mengenakan tas punggung UAJY ke kelas. Saya telah membuktikan untuk diri saya sendiri dan seluruh kawan di UAJY, bahwa kita bisa pergi sejauh kita mau, terbang setinggi kita ingin. Lebih jauh lagi, atas kehendak Tuhan, saya akhirnya terpilih memimpin Perhimpunan Pelajar Indonesia di Manchester-terbesar kedua di UK dengan ±250 mahasiswa S1-S3, dan membuktikan bahwa hanya usaha kita dan kehendak Tuhanlah yang berhak menentukan ke sudut dunia mana kita boleh terbang jauh.
Filemon Yoga Adhisatya
President of the Indonesian Student Society in Greater Manchester
Awardee LPDP PK-38 Banu Bangsa
Ditulis untuk majalah IMAGE FTI UAJY Issue III di bawah Editor in Chief Freddy Suhendra
Satu respons untuk “Lihat, Kita Bisa Pergi Sejauh Kita Mau, Terbang Setinggi Kita Ingin!”