Selamat Ulang Tahun Tempe Indonesia!

Ini bukan soal tempe yang dimakan orang Jawa atau Sunda atau Papua sejak ribuan tahun lalu. Ini tentang tempe yang mewarisi teknologi pangan ‘canggih’ dan menjadi identitas Nusantara. Catatan literatur tertua yang mengisahkan hidupnya tempe di tengah khasanah makanan nusantara adalah Serat Centhini, rekaman sejarah yang dipegang masyarakat Jawa. Di sana disebutkan bahwa tempe menjadi lauk favorit orang Bayat (daerah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah) dikawinkan dengan sayur lain setiap kali mereka makan. Terlepas dari catatan sejarah yang mengindikasikan tempe sebagai makanan orang Jawa, tempe sekarang telah menjadi makanan nasional dengan kemampuannya membaur ke dalam berbagai masakan daerah di Nusantara. Apapun makanan utamanya, tempe yang sangat versatile dengan mudah dimodifikasi ke dalam beragam sajian Nusantara.

Tempe tidak melulu dari kedelai. Esensi tempe adalah pada biji-bijian atau kacang-kacangan yang difermentasi bersama ragi, tumbuh bersama dan menyatu. Dari kebersatuan inilah, tempe memberi manfaat gizi yang luar biasa bagi manusia, lebih daripada kedelai individual yang kita makan. Kalau Soekarno di masa lalu menyebutkan ‘jangan mau jadi bangsa tempe!’ dalam pidatonya, pikiran positif saya percaya bahwa yang dilarang oleh Soekarno adalah jangan mau jadi bangsa yang diinjak-injak, seperti kedelai yang dinjak-injak pada pembuatan tempe tradisional. Soekarno, yang kala itu menjadi perekat seluruh rakyat Nusantara melalui keahliannya berorasi, bernegosiasi, dan menggerakkan masa, tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya di Surabaya yang tentu jadi bagian dari tanah kelahiran tempe. Jadi rasanya sulit mengasosiasikan Soekarno dengan kebencian terhadap tempe sebagai makanan tradisional Indonesia. Kali keseratus empat belas ulang tahun Soekarno diperingati sebagai perekat rakyat Indonesia dan pemimpin menuju kemerdekaan, juga diperingati sebagai World Tempe Day. Kita masing-masing adalah kedelai yang hebat. Soekarno kala itu adalah ragi yang menyatukan kedelai-kedelai yang hebat menjadi manfaat yang lebih besar yaitu kemerdekaan.

Kunci keberhasilan fermentasi kedelai menjadi tempe adalah pada kebersihan bulir-bulir kedelainya, serta kebersihan ruang tempatnya bertumbuh. Kedelai yang baik sekalipun, tanpa kebersihan tidak akan menuju keutuhan tempe. Indonesia yang sudah dewasa ini tidak kekurangan ‘kedelai’ yang baik dan unggul. Di berbagai bidang, kita punya jagoannya! Juga dengan ‘ragi’ yang baik, kita telah berulang kali memilih perekat bangsa terbaik lewat demokrasi yang kita pelajari pelan-pelan. Lalu mengapa kita tidak segera menjadi ‘tempe’ yang utuh dan serta merta memberi manfaat? Kuncinya ada pada kebersihan niat, pikiran, dan hati ‘kedelai’ dan ‘ragi’nya. Jadi, ayo para kedelai, tunggu apa lagi?! Saatnya bersih-bersih diri sendiri dan membiarkan ragi mengantar kita menuju tempe yang bermanfaat!

(Rumah sahabat ideologis, Bogor Juni 2015)
image

Satu respons untuk ā€œSelamat Ulang Tahun Tempe Indonesia!ā€

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s